DURHAKA MEMBAWA MAUT
“Aku
tau, kalau aku bukan anak yang lahir dari rahimmu!” ucap Yani
kepada ibunya dengan nada kesal. Ibunya hanya diam dengan tetesan air
mata yang terus berlinang di pipinya. Bapaknya pun juga terdiam, ia
tak tau harus berbuat apa. “Nak, meskipun kamu tidak lahir dari
rahim ibu, ibu selalu menyayangi kamu, begitu juga dengan bapakmu
ini.” kata sang ibu memelas. “Tapi saudara-saudara ibu yang
membuat aku kesal seperti ini, andai saja kalau mereka diam dan tidak
menggunjing di belakangku. Aku tau mereka tak suka dengan sifatku
ini!” balas Yani kepada ibunya. “Ibu mengerti nak, tetapi mau
gimana lagi. Mereka juga saudara kamu.” kata ibu sambil duduk di
sebelah yani. Kemudian mereka diam sejenak.
Yani
adalah seorang remaja yang mengerti sekali akan keadaan keluarganya
yang kurang mampu. Dia tidak pernah menyusahkan orang tuanya, jika ia
ingin membeli sesuatu pasti memakai uangnya sendiri. Ibunya yang
hanya sekedar ibu rumah tangga dan bapaknya bekerja sebagai sopir
angkot dengan penghasilan yang tidak menentu.
Suatu
ketika Yani bekerja di luar kota, ia meninggalkan kedua orang tuanya
di kampung. Sesampai di luar kota, ia berkenalan dengan pemuda yang
umurnya lebih tua darinya. Setelah lama kenal, mereka pacaran dan
akhirnya menikah. Mengapa ia menikah secepat itu??? Saudara-saudara
dari ibunya sudah berprasangka buruk pada saat itu. Ternyata benar...
‘Yani hamil dulu sebelum menikah’. Itulah yang menyebabkan sang
ibu sakit, beliau sakit jantung dan asma. Setiap malam asmanya
kambuh, sehingga ia sulit bernafas. Kasian sekali beliau.
Keesokan
harinya, Yani bersama suaminya datang menjenguk kedua orang tuanya,
dan ia mengambil keputusan akan tinggal menetap di kampung bersama
orang tuanya. Suaminya yang saat itu pengangguran, mencoba melamar
pekerjaan di sebuah toko celana jeans, dan Alhamdulillah ia di terima
sebagai pegawainya. Saudara dari ibunya(Maria) tidak tega melihat
suami Yani bekerja di toko yang penghasilannya dianggap pas-pasanlah.
Akhirnya ia mendaftarkan suami Yani ke sebuah pabrik yang gajinya
bisa dikatakan cukup untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. “Terima
kasih bu, berkat ibu aku bisa di terima di pabrik ini.” ucap suami
Yani sambil bersalaman dengan Maria. “Iya sama-sama.” balas
Maria.
Sudah
sembilan bulan telah berlalu, Yani melahirkan bayi laki-laki yang ia
beri nama Ryan. Anak itu tumbuh berkembang hingga kini telah berumur
3 tahun. Banyak cobaan di keluarga Yani ini. Sejak ia mempunyai anak,
ia berubah ke semua orang. Terhadap orang tuanya sendiripun ia
berlaku kasar.
Suatu
hari, ibunya menemani Ryan bermain di ruang tamu. Saat itu ibunya
lengah, Ryan jatuh dari meja dan menangis histeris. Yani pun yang
mendengar tangisan anaknya, bergegas keluar dari kamar. “Loh!!!
Gimana toh bu! Kok Ryan bisa jatuh! Ibu itu sudah tua, kalo tidak
bisa mengurus anakku bilang dong!” bentak Yani kepada ibunya. “Kamu
kalo ngomong ke ibu jangan begitu nak.” balas ibunya sambil
menitikan air mata yang kemudian pergi meninggalkan Yani. Yani tidak
menghiraukan ibunya pergi. Kejadian yang seperti itu berulang kali
terjadi. Saking sering di perlakukan tidak menyenangkan, ibunya jadi
sering sakit-sakitan, badannya kurus sekali. Maria sebagai adiknya
tidak tega melihat kakaknya di perlakukan seperti itu. Suatu saat
Maria mencoba berbicara baik-baik dengan Yani, “Kamu itu ya jangan
gitu ke ibumu, meskipun dia bukan ibu kandungmu, tapi dia udah
merawat kamu sejak kecil.” “Kamu tau apa soal keluargaku!
Keluargamu aja sana urusin.” balas Yani sambil meninggalkan Maria
sendiri. Maria sangat menyesal dengan omongan Yani kepadanya. Tapi ia
mencoba menerimanya. Berulang-ulang kali hal tersebut di lakukan
Yani. Kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya pun sudah tidak
sanggup lagi mengahadapi tingkah Yani.
Suatu
saat, Yani digunjingkan sama orang-orang di kampung, karena judesnya.
Lama-lama ia gerah bila harus mendengar omongan tetangganya. Ia
mempunyai niat untuk pergi mengontrak di daerah yang agak jauh.
Niatnyapun tidak di halangi oleh kedua orang tua dan
saudara-saudaranya. Setelah barangnya di kemasi , ia bergegas pergi
dari rumah ibunya, tetapi ia tidak berpamitan atau sekedar
mengucapkan salam. Ia nyelonong saja pergi dari rumah. Kedua orang
tuanya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya.
Dalam
perjalanan, kendaraan yang ditumpangi Yani mengalami kecelakaan.
Peristiwa itu terjadi di luar dugaannya. Busnya menabrak sebuah
mobil, hal itu terjadi di karenakan remnya blong. Yani mengalami luka
yang sangat parah, sedangkan suami dan anaknya Ryan hanya luka-luka
ringan. Yani segera di larikan ke rumah sakit terdekat. Suaminya
menghubtngi keluarganya di kampung, dan tidak lama kemudian kedua
orang tua dan saudara-saudaranya datang untuk menengoknya. Ibunyapun
meneteskan air mata ketika ia melihat anaknya dengan kondisi tergolek
lemah. Tak lama kemudian Yani sadar akan kedatangan ibunya. Ia bangun
dan segera meminta maaf kepada nrang tua dan saudara-saudaranya,
terutama Maria. Mereka memaafkan Yani dengan ikhlas. Beberapa minggu
kemudian Yani sembuh dan boleh pulang dari rumah sakit, ia telah
menetapkan bahwa ia akan tinggal kembali bersama orang tuanya di
kampung. Mereka hidup dengan sangat bahagia.
Selamat
Membaca
Gandis
Wulan Oktavisatrika